Di tahun 80-an dan awal 90-an penguasa game masih dipegang Nintendo dan Sega. Namun sejak kemunculan PlayStation, tahta pun langsung direbut Sony. Walau kini Nintendo kembali dengan Wii, tampaknya pasar masih dikuasai oleh Sony dan X-Box.
Siapa otak di belakang suksesnya PlayStation? Dialah Ken Kutaragi yang disebut sebagai bapaknya playstation. Perannya sungguh penting bagi Sony. Dialah yang juga menyelamatkan Sony Corporate dari kebangkrutan.
Siapa otak di belakang suksesnya PlayStation? Dialah Ken Kutaragi yang disebut sebagai bapaknya playstation. Perannya sungguh penting bagi Sony. Dialah yang juga menyelamatkan Sony Corporate dari kebangkrutan.
joystiq.com
Mengenal Ken
Ken kecil adalah anak dari keluarga yang sederhana. Sejak masih kanak-kanak, kedua orangtuanya sudah menempa Ken agar bisa mengembangkan sesuatu yang bernilai kreativitas dalam bentuk apapun, termasuk berbisnis.
Hal itulah yang ditunjukkan Ken, saat keluarganya memiliki pabrik percetakan kecil di kota tempat dia dibesarkan. Kutaragi yang masih berusia muda, waktu itu didorong kedua orangtuanya untuk mengeksplorasi kemampuan mekanis di pabrik dan sepulangnya dari sekolah, ia pun bekerja di pabrik tersebut.
Selain tugasnya di pabrik milik orangtuanya, Kutaragi pun menjadi juara di kelasnya. Ia dikenal teman-teman dan gurunya sebagai siswa yang rajin. Bahkan, Kutaragi digambarkan sebagai seorang anak yang pintar, dengan julukan "A++ sejati".
Motivasi tinggi menyertai Ken Kutaragi, dia memiliki keinginan kuat untuk mengetahui seluk-beluk mesin. Ketika ia berusia muda, dia juga sering membongkar mainan, hanya untuk memuaskan dahaga rasa keingintahuannya dengan mengamati bagaimana mekanismenya, sehingga mainan itu dapat bekerja.
Rasa keingintahuan Kutaragi terhadap mesin maupun mainan sudah terlihat sejak kecil. Ia pun senang bergelut dan mempelajari seluk-beluk elektronik. Kecintaannya terhadap bidang elektronik, membuatnya terus mengembangkan diri dengan menuntut ilmu di Denki Tsushin University.
Hal itulah yang ditunjukkan Ken, saat keluarganya memiliki pabrik percetakan kecil di kota tempat dia dibesarkan. Kutaragi yang masih berusia muda, waktu itu didorong kedua orangtuanya untuk mengeksplorasi kemampuan mekanis di pabrik dan sepulangnya dari sekolah, ia pun bekerja di pabrik tersebut.
Selain tugasnya di pabrik milik orangtuanya, Kutaragi pun menjadi juara di kelasnya. Ia dikenal teman-teman dan gurunya sebagai siswa yang rajin. Bahkan, Kutaragi digambarkan sebagai seorang anak yang pintar, dengan julukan "A++ sejati".
Motivasi tinggi menyertai Ken Kutaragi, dia memiliki keinginan kuat untuk mengetahui seluk-beluk mesin. Ketika ia berusia muda, dia juga sering membongkar mainan, hanya untuk memuaskan dahaga rasa keingintahuannya dengan mengamati bagaimana mekanismenya, sehingga mainan itu dapat bekerja.
Rasa keingintahuan Kutaragi terhadap mesin maupun mainan sudah terlihat sejak kecil. Ia pun senang bergelut dan mempelajari seluk-beluk elektronik. Kecintaannya terhadap bidang elektronik, membuatnya terus mengembangkan diri dengan menuntut ilmu di Denki Tsushin University.
Tak berselang lama setelah kelulusannya, Kutaragi mulai bekerja untuk Sony di laboratorium penelitian digital. Kutaragi merasa bekerja di laboratorium tersebut adalah sebuah keputusan yang tepat, ia pun berpikir bahwa bekerja di Sony merupakan sesuatu yang sebutnya sebagai "Jalur Cepat". Kutaragi pun segera mendapatkan reputasi sebagai problem solver (pemecah masalah) di tempat kerjanya.
Kutaragi merupakan insinyur yang terus berpikir ke depan. Ia juga sukses menelurkan berbagai karya atau projeknya, seperti mengembangkan teknologi liquid crystal displays (LCD) dan kamera digital.
Peran Ken di Industri Game
Akhir tahun 1980-an, Ken Kutaragi menyaksikan saudara perempuannya memainkan Famicom, yakni konsol game "jadul" keluaran Nintendo. Sejak saat itu, Kutaragi kepincut untuk bisa merealisasikan bahwa suatu hari ia pun dapat mengembangkan konsol game buatannya.
Pada suatu waktu, Eksekutif Sony memiliki ketertarikan dalam video game. Di sisi lain, ketika Nintendo menyatakan perlunya chip suara wave-table untuk sistem 16-bit miliknya, Kutaragi diminta langsung untuk menangani projek tersebut.
Bekerja secara rahasia, Kutaragi mendesain dan membangun chip, SPC700. Ketika mengetahui apa yang dikerjakan Ken Kutaragi, Direksi Eksekutif Sony ketika itu sangat marah. Hanya Norio Ohga, yang menjabat sebagai CEO Sony pada kala itu, yang membantu Ken Kutaragi mendorong projek tersebut dan terus mempertahankan pekerjaannya.
Saat Ken Kutaragi bekerja dengan Nintendo, di pihak Sony, game masih dianggap sebagai tren dan sesuatu yang dipandang rendah. Meskipun ketika itu, Sony tampak memusuhi video game, namun Kutaragi berhasil membujuk Sony untuk mendanai penelitian tentang Super Famicom CD. Upaya ini pada akhirnya menjadi cikal-bakal dan kemudian menghasilkan sebuah perangkat yang disebut "PlayStation".
Konsol game tersebut, kompatibel dengan game Super Famicom dan software yang dirilis dalam format baru, bernama Super CD. Akan tetapi, kemitraan antara Sony dan Nintendo mengalami gangguan, lantaran perbedaan pendapat perizinan. Meskipun demikian, Kutaragi dan Sony terus mengembangkan konsol mereka sendiri.
Konsol game tersebut, kompatibel dengan game Super Famicom dan software yang dirilis dalam format baru, bernama Super CD. Akan tetapi, kemitraan antara Sony dan Nintendo mengalami gangguan, lantaran perbedaan pendapat perizinan. Meskipun demikian, Kutaragi dan Sony terus mengembangkan konsol mereka sendiri.
Walaupun dianggap sebagai pertaruhan berisiko oleh eksekutif Sony lainnya, Ken Kutaragi sekali lagi mendapat dukungan penuh dari Sony CEO Norio Ohga. Beberapa tahun kemudian, perusahaan telah meluncurkan original PlayStation.
Upaya Ken kini berbuah manis. PlayStation merambah ke setiap penjuru bumi. Untuk regional Amerika dan Eropa Xbox memang jadi saingan terberat, tapi di Asia PlayStation belum terkalahkan.
Upaya Ken kini berbuah manis. PlayStation merambah ke setiap penjuru bumi. Untuk regional Amerika dan Eropa Xbox memang jadi saingan terberat, tapi di Asia PlayStation belum terkalahkan.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar